Jumat, 09 Oktober 2015

Dampak Sosial Tawuran Antar Wilayah RT/RW di Jakarta



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Sebagai bangsa yang besar dan memiliki berbagai macam etnis, suku, agama, ras yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke, termasuk di dalamnya adalah Jakarta sebagai Ibukota Indonesia. Jakarta terdiri dari berbagai macam masyarakat dengan berbagai macam perbedaan suku, agama, ras, tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi dan sebagainya atau bisa juga disebut sebagai miniatur Indonesia.
Perbedaaan selalu ada didalam kehidupan bermasyarakat, tetapi tergantung bagaimana cara kita menyikapi perbedaan tersebut. Apabila kita menyikapi perbedaab secara positif akan tercipta kedamaian, apabila kita menyikapi secara negatif, akan terjadi konflik atau perpecahan. Karakter Karakter Jakarta yang merupakan wilayah urban yang paling diminati oleh para perantau sehingga menimbulkan banyak warna dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial muncul karena rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, semakin pudarnya pengimplementasian nilai-nilai Pancasila, minimnya pendidikan karakter, juga rendahnya sifat toleransi dan saling menghargai pada masyarakat yang kerap melakukan tawuran.
Pada kenyataannya, perbedaan yang ada di masyarakat menjadi salah satu pemicu terjadinya konflik. Konflik dapat terjadi di masyarakat karena perbedaan pendapat, perbedaan paham, terlalu fanatik dengan yang diyakini, salah paham, perasaan yang sensitif, sampai dengan masih labilnya kejiwaan yang biasanya terjadi pada remaja. Contohnya adalah tawuran yang masih sering terjadi.
Tawuran antara wilayah saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar wilayah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar wilayah itu saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan ini menyebabkan pihak terutama masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk melerainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian.
Hal ini tampak beralasan karena senjata yang biasa dibawa oleh warga yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar wilayah menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang warga yang umurnya mungkin masih muda tega melakukan tindakan yang sadis sampai menyebabkan hilangnya nyawa orang lain hanya karena masalah-masalah kecil.
Tawuran antar wilayah bisa terjadi antar warga sesama satu wilayah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar wilayah yang terjadi antara dua kelompok beda wilayah.

1.2       Tujauan
  1. Memahami dan menyadari penyebab terjadinya tawuran
  2. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha penanggulangannya.
  3. Menyadari dan memahami dampak yang terjadi akibat tawuran
1.3       Sasaran
  1. Remaja
Para remaja harus memahami bahwa masa depan yang cerah ada di tangan kita sendiri. Jika   kita ingin menjadi orang yang sukses.

  1. Orang tua
Para pelajar yang sering melakukan tindakan asusila biasanya karena remaja yang sering menghadapi konflik di keluarganya. Seperti , kurang perhatian dari kedua orang tuanya, sikap orang tua yang selalu menyelesaikan masalah dengan tindakan kekerasan menyebabkan pola pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga anak melampiaskannya kepada orang lain dan selalu menyelesaikan masalah dengan emosi atau tindakan yang kasar.

  1. Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum untuk para pelajar yang melakukan tindakan tawuran. Memberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang sudah mereka lakukan supaya mereka merasa jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.

  1. Pihak Kepolisian
Kepolisian harus selalu mengawasi di setiap sekolah yang rawan terjadi tawuran. Jangan sampai harus terjatuh korban terlebih dahulu, baru polisi muncul dan bertugas menyelesaikan kasus tersebut.

  1. Guru atau Pihak Sekolah
Pihak sekolah beserta guru – guru harus memberikan tekhnik pengajaran yang kreatif, yang membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah. Menghapus tindakan kekerasan guru terhadap murid yang terjadi di sekolah. Selalu memberikan reward untuk siswa – siswi yang berprestasi. Mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah sekolah.


BAB II
PERMASALAHAN

2.1.      Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.

2.1.1    Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran
            Tawuran tidak terjadi dengan sendirinya. Setiap tawuran yang terjadi selalu ada factor atau modus dibelakangnya. Factor yang mempengaruhi terjadinya tawuran berasal dari individu / kelompok yg berarti merupaka factor internal da nada juga factor dari luar yaitu factor eksternalnya.
1.                            Faktor internal
Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.
Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan memilih cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi semakin mengendalikan emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh pengakuan.
  1. Faktor keluarga
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.
Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran.


  1. Faktor lingkungan
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan.
Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi teladan yang buruk.
Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.

2.2       Analisis Tawuran Menggunakan SWOT
            Analisis permasalahan Dampak Sosial Tawuran Antar Wilayah RT/RW di Jakarta dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun eksternal dilihat dari aspek :
1.             Kekuatan (Strenght)
a.         Merasa jantan dan terkesan hebat
b.        Membela “Nama Baik” wilayahnya supaya tidak dilecehkan oleh wilayah lain atau membela teman untuk membalaskan dendamnya
c.         Keberadaan atau eksistensi dirinya maupun nama wilayah akan diakui kehebatannya.
d.        Mendapatkan nama jagoan diantara pemenang tawuran tersebut

2.             Kelemahan (Weakness)
a.         Dianggap sebagai pengecut dan tidak dianggap
b.        Masalah sepele yang tidak dipecahkan dengan akal sehat
c.         Mereka menganggap kesendirian adalah suatu kelemahan, sehingga bergabung menjadi satu dalam suatu geng atau kelompok akan menjadi kuat
d.        Kurangnya perhatian dari orang tua, serta lingkungan sekitar.
e.         Kurangnya peran aparat keamanan
  
3.             Peluang (Opportunity)
a.         Kurangnya pengawasan dari pihak RT/RW setempat untuk memantau kegiatan para warganya.
b.        Ketidakdisiplinan atau ketidaktegasan pihak RT/RW setempat dalam memberi sanksi kepada para warga yang bermasalah.
c.         Kurangnya kegiatan-kegiatan positif di dalam maupun di luar lingkungan.

4.             Tantangan/Hambatan (Threats)
a.         Di tangkap polisi / dipenjarakan
b.        Senjata dari lawan yang dapat melukai diri para warga dan orang lain.
c.         Kehilangan nyawa
d.        Kerusakan fasilitas umum
e.         Merugikan bagi masyarakat banyak


BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1       Kesimpulan
  1. Memahami dan menyadari penyebab terjadinya tawuran dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor internal yang diakibatkan dari kurangnya pendidikan dan emosi yang masih belum bias terkontrol. Faktor eksternal terdapat dari orang tua, lingkungan, sekolah yakni sama kurangnya kesadaran dari itu semua dan kurangnya pendekatan secara moral.
  2. Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga sebagai manusia harus saling membantu terutama hal yang positif. Mengingatkan orang lain dan peka terhadap hal-hal yang terjadi pada lingkungan sekitar sehingga dapat mencari solusi untuk mencegahnya.
  3. Dampak yang terjadi akibat tawuran harus dapat disadari. Dampak tersebut sangat besar pengaruhnya dan sangat buruk bukan hanya materi, tetapi moral juga. Pereratlah persatuan dan kesatuan dan ciptakanlah perdamaian untuk hidup yang aman dan nyaman.

3.2       Rekomendasi
  1. Keberadaan atau eksistensi dirinya maupun nama wilayah akan diakui kehebatannya dapat dilakukan tanpa harus melakukan tawuran, bisa saja dikembangkan dalam suatu kompetisi yang lebih positif dan sportif.
  2. Mereka menganggap kesendirian adalah suatu kelemahan, sehingga bergabung menjadi satu dalam suatu geng atau kelompok akan menjadi kuat dalam melakukan kegiatan yang positif. Seperti sebuah komunitas yang dapat membantu mengembangkan bakat dan kreativitasnya.
  3. Orang tua sebagai sosok yang paling dekat dapat memberikan arahan yang diperlukan sehingga komunikasi berjalan baik antara anak dengan orang tua. Kesenjangan dalam keluarga dapat terhindar jika komunikasi positif selalu dibiasakan di dalam rumah.
  4. Nyawa itu sangat berharga dan setiap manusia diberi kesempatan hidup sekali di bumi ini, makan janganlah memperlakukan nyawa itu sebagai barang yang murah.
  5. Mengadakan kegiartan rutin yang positif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk membina mental dan emosional


Referensi :
4.     http://skripsippknunj.org